Pilkades dan Patologi Demokrasi Desa

Aksara @ Pemilihan Kepala Desa dalam narasi historis merupakan embrio demokrasi yang memiliki entitas kearifan lokal. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) merupakan piranti sosiologis untuk memilih pemimpin desa sesuai harapan masyarakat. Pilkades pada prinsipnya sama dengan Pilkada dan Pilpres meletakkan ruang kontestasi secara terbuka. Perbedaannya Pilkades tidak ada peran subjektif Partai Politik.

Rangkaian tahapan pilkades akan segera dilaksanakan di berbagai desa di wilayah Republik Kopi Bondowoso. Pilkades di era pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 sangat menarik, dan menjadi ruang persaingan berebut kursi kekuasaan kepala desa. Pilkades menjadi awal karier birokrasi pemerintahan bagi para tokoh desa yang memiliki modal besar. Modal besar dalam hal biaya pencalonan, biaya pengorganisasian dukungan masyarakat serta modal untuk pemenangan dalam pelbagai strategi kampanye.
Sudah menjadi rahasia umum jabatan kepala desa diera implementasi Dana Desa sejak tahun 2015 sangat menggiurkan. Jabatan Kepala desa yang nota bene sebagai pemegang kekuasaan Pengelola Keuangan Desa (PKPKD) menjadi incaran karena postur APBDes  rata-rata setiap desa saat ini sudah mencapai angka lebih dari 1 miliar rupiah/tahun. Dengan kucuran Dana Desa (DD) tahun 2016 yang rata-rata mencapai angka 750 juta/desa dan ditambah Alokasi Dana Desa (ADD) rata-rata hampir 300an juta/desa maka pendapatan desa—-diluar bengkok dan pendapatan asli desa maupun dana bagi hasil pajak daerah—–mencapai angka melebihi 1 miliar rupiah.


Jabatan kepala desa saat ini sangat bergengsi karena selain berhak menikmati pengelolaan tanah bengkok berhektar-hektar, kepala desa dan perangkat desa berhak atas penghasilan tetap (Siltap) dan tunjangan yang bersumber dari alokasi 30 %  dari DD maupun ADD. Penghasilan tetap dan tunjangan perangkat desa saja saat ini hampir 3,5/bulan belum termasuk pendapatan dari pengelolaan mandiri tanah bengkok.
Tidak mengherankan banyak kalangan yang berambisi menjadi kepala desa berani mempertaruhkan aset dan dana ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk memenangkan kontestasi Pilkades. Harapan mereka ketika menjabat 6 tahun pertama bisa balik modal dan bisa maju dalam Pilkades selanjutnya.
Subhanallaah...........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Roso Sejati, Sejatining Roso Soko Cipto

Ilmu Roso Jati Sejatining Roso

Ilmu Sakti Melipat Bumi