Nilai Manfaat Sumber Air Bor Peninggalan Kolonial Belanda
SITUBONDO - Enam lokasi sumber air bor di Kabupaten Situbondo wilayah barat, yakni 5 tempat berada di Kecamatan Besuki dan 1 tempat berada di Kecamatan Suboh di yakini masyarakat adalah peninggalan masa kolonial penjajah yang selalu dimanfaatkan, terlebih lagi di saat musim kemarau seperti saat ini.
Pantauan di enam lokasi sumber air bor, diantaranya di Kecamatan Suboh yang berada di sisi selatan pagar depan Masjid Baiturrahman, Desa Buduan.
Sedangkan di Kecamatan Besuki berada di sekitar PG. Deemas, Dusun Brodinan, Desa Kalimas, timurnya Klenteng, Dusun Pecinan, Desa Besuki, kawasan Pelabuhan Besuki, Kampung Arab, Desa Besuki, dan di Dusun Rawan, Desa Besuki.
Sekilas di enam lokasi sumber air bor tersebut hanya tampak biasa. Namun siapa sangka jika dilihat lebih dekat selain air yang keluar dari pipa paralon menyembur keluar tanpa menggunakan alat penyedot, airnya jernih dan terasa segar dan enak jika diminum.
Seperti yang tampak di sisi selatan pagar depan Masjid Baiturrahman, Desa Buduan. "Sumber air bor di sini selalu ramai. Apalagi saat menghadapi musim kemarau, tambah lebih ramai dan terjadi antrean warga yang mau ambil air," tutur Cipto (49) warga setempat.
Warga lainnya, Budi mengatakan, warga yang mengambil air dari sumber air bor yang ada di depan masjid ini, biasanya untuk masak dan minum. Selain itu, orang yang ambil air tidak hanya warga dari Kecamatan Suboh saja, tapi warga dari kecamatan dan kabupaten tetangga juga ada.
"Warga dari luar daerah yang smbil air di sini, di antaranya dari Kecamatan Mlandingan, Bungatan dan Kabupaten Bondowoso," ungkap Budi.
Begitu juga yang tampak di sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki. "Tidak pagi, siang dan sore saja orang ambil air di sini, malam pun juga ada," ujar Abdullah, seorang warga yang sedang ambil menggunakan wadah berkat di sumber air bor sekitar PG. Deemas, Dusun Brodinan, Desa Kalimas.
Tepisah, Ahmat wahyudi (15) warga RT.03 RW.05 Desa Besuki mengaku, untuk membantu orang tua, hampir setiap harinya mengambil air sebanyak 1 galon. "Saya ambil air di sini untuk bantu orang tua pak. Air ini untuk kebutuhan masak dan minum keluarga," tutur Ahmat saat di sumber air bor Kampung Arab, Desa Besuki.
Sayangnya, 1 dari 5 sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki, yakni di sekitar kawasan Pelabuhan Besuki, tampak tak terawat. Meski debit air yang keluar sangat kecil, namun tanah di sekitar sumber air bor tersebut menjadi becek. "Sumber air bor yang letaknya masuk Desa Pesisir ini memang perlu perhatian instansi terkait, karena termasuk peninggalan sejarah juga," tandas Reda Madusuki, warga sekitar lokasi.
Menurut Reda, 5 sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki, dibuat pada masa kolonial penjajah. "Sumber air bor di sekitar PG. Deemas, timurnya Klenteng, dan di kawasan Pelabuhan Besuki diperkirakan di buat pada masa kolonial Belanda. Sedangkan yang di Kampung Arab dan di Dusun Rawan itu diperkirakan pada masa kolonial Jepang," bebernya. (kim)
Pantauan di enam lokasi sumber air bor, diantaranya di Kecamatan Suboh yang berada di sisi selatan pagar depan Masjid Baiturrahman, Desa Buduan.
Sedangkan di Kecamatan Besuki berada di sekitar PG. Deemas, Dusun Brodinan, Desa Kalimas, timurnya Klenteng, Dusun Pecinan, Desa Besuki, kawasan Pelabuhan Besuki, Kampung Arab, Desa Besuki, dan di Dusun Rawan, Desa Besuki.
Sekilas di enam lokasi sumber air bor tersebut hanya tampak biasa. Namun siapa sangka jika dilihat lebih dekat selain air yang keluar dari pipa paralon menyembur keluar tanpa menggunakan alat penyedot, airnya jernih dan terasa segar dan enak jika diminum.
Seperti yang tampak di sisi selatan pagar depan Masjid Baiturrahman, Desa Buduan. "Sumber air bor di sini selalu ramai. Apalagi saat menghadapi musim kemarau, tambah lebih ramai dan terjadi antrean warga yang mau ambil air," tutur Cipto (49) warga setempat.
Warga lainnya, Budi mengatakan, warga yang mengambil air dari sumber air bor yang ada di depan masjid ini, biasanya untuk masak dan minum. Selain itu, orang yang ambil air tidak hanya warga dari Kecamatan Suboh saja, tapi warga dari kecamatan dan kabupaten tetangga juga ada.
"Warga dari luar daerah yang smbil air di sini, di antaranya dari Kecamatan Mlandingan, Bungatan dan Kabupaten Bondowoso," ungkap Budi.
Begitu juga yang tampak di sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki. "Tidak pagi, siang dan sore saja orang ambil air di sini, malam pun juga ada," ujar Abdullah, seorang warga yang sedang ambil menggunakan wadah berkat di sumber air bor sekitar PG. Deemas, Dusun Brodinan, Desa Kalimas.
Tepisah, Ahmat wahyudi (15) warga RT.03 RW.05 Desa Besuki mengaku, untuk membantu orang tua, hampir setiap harinya mengambil air sebanyak 1 galon. "Saya ambil air di sini untuk bantu orang tua pak. Air ini untuk kebutuhan masak dan minum keluarga," tutur Ahmat saat di sumber air bor Kampung Arab, Desa Besuki.
Sayangnya, 1 dari 5 sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki, yakni di sekitar kawasan Pelabuhan Besuki, tampak tak terawat. Meski debit air yang keluar sangat kecil, namun tanah di sekitar sumber air bor tersebut menjadi becek. "Sumber air bor yang letaknya masuk Desa Pesisir ini memang perlu perhatian instansi terkait, karena termasuk peninggalan sejarah juga," tandas Reda Madusuki, warga sekitar lokasi.
Menurut Reda, 5 sumber air bor yang berada di Kecamatan Besuki, dibuat pada masa kolonial penjajah. "Sumber air bor di sekitar PG. Deemas, timurnya Klenteng, dan di kawasan Pelabuhan Besuki diperkirakan di buat pada masa kolonial Belanda. Sedangkan yang di Kampung Arab dan di Dusun Rawan itu diperkirakan pada masa kolonial Jepang," bebernya. (kim)
Komentar
Posting Komentar